Rabu, 03 Mei 2017

CS: SADAR KESEHATAN

SADAR KESEHATAN

FRANS ROMSUMBRE (Kepala Kampung Swapodibo)
Di tahun 80-an, kampung kami pernah terserang wabah penyakit Muntaber, yang mengakibatkan banyak warga meninggal dunia dan mendapat perawatan di rumah sakit. Saat itu hingga awal tahun 2000-an, sebagian besar masyarakat masih Buang air besar di Hutan dan laut. Kalau kita melintasi jalan setapak, aroma tak sedap dan tumpukan kotoran manusia sering kita temui. Kalaupun ada warga yang memiliki jamban, kondisi jamban masih darurat, dinding ditutup dengan karung, dan tidak memiliki atap. 

Selain itu, kebutuhan air bersih masyarakat hanya mengandalkan Air hujan (untuk dikonsumsi) dan Air Salobar (Mata air yg keluar di pantai) untuk menjawab kebutuhan mandi dan cuci pakaian. Waktu itu, kami menilai bahwa Muntaber hanya musibah musiman, tidak terpikir itu akibat dari pola hidup kami sendiri. Sebagai kepala kampung, di periode pertama, tidak pernah sedikitpun terfikirkan bahwa persoalan Sanitasi penting untuk diperhatikan, ketika mendengar informasi tentang Sanitasi  oleh Yayasan Rumsram, saya baru sadar bahwa Masalah sanitasi merupakan persoalan yang sangat peka dalam kehidupan kami. Sekalipun sejak tahun 2005 Program Respek telah membangun beberapa unit jamban, namun dari sisi pemanfaatannya masih jauh dari harapan, karna kami hanya pikirkan fisiknya. 

Ketika muncul Program STBM (Sanitasi Total berbasis masyarakat) mata kami pun terbuka, bahwa pola hidup kami harus berubah agar kwalitas hidup kami lebih baik, dan saya menyebutnya dengan istilah “Sadar Kesehatan”. Penyakit di kampung kami umumnya adalah sakit Malaria, diare dan Muntaber. Saat ini intervensi Program STBM dilaksanakan dengan melibatkan 7 relawan dari komponen, Gereja, Pemuda, Perempuan, dan sekolah, yang menjadi pilar terdepan dalam hal penyampaian Informasi, pendampingan bahkan Evaluasi Program. 

Tugas saya selaku kepala kampung, adalah menjawab kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan infrastruktur Sanitasi dengan memanfaatkan dana kampung, seperti jamban yang di bangun sejumlah 22 unit, Kloset yang digunakan pun merupakan hasil produksi lokal, dimana pemuda setelah mendapat pelatihan Pembuatan Kloset hasilnya kami beli, serta rehab jamban sejumlah 28 unit. Selain itu pemasangan jaringan Air bersih, 15 Unit dan 9 Unit tahun depan dengan pertimbangan sulit melaksanakan STBM jika air sulit didapatkan. 

Walaupun kampung kami masih terhitung baru melaksanakan Program STBM, tapi saya yakin bahwa kami dapat melaksanakan Program ini dengan baik. Kami mencoba berubah dari hal kecil, salah satunya Cuci tangan pakai sabun. 
Sekarang setiap rumah menyediakan wadah penampung air untuk cuci tangan, sabun dan lap tangan, sehingga kami mulai terbiasa cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah aktifitas atau bangun pagi. Kami melakukan sosialisasi di berbagai kesempatan, baik melalui ibadah di rumah-rumah masyarakat, bahkan saya secara Pribadi selalu menyampaikan STBM kepada masyarakat dalam pertemuan di kampung. Saya sering membayangkan jika pola hidup kami masih belum baik, lalu bagaimana dengan kampung yang jauh dari kota, belum lagi kekhawatiran akan musibah Muntaber di masa lalu, yang kami tidak mau terjadi di hari depan? Oleh sebab itu, STBM kami lakukan di dahului dengan meningkatkan pemahaman masyarakat dan ditahun depan akan ada peningkatan anggaran untuk menjawab pembangunan Fasilitas Sanitasi dari dana Desa, agar secara bertahap melalui Komitmen Pemerintah kampung masyarakat termotivasi, terhadap sadar kesehatan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POLICY BRIEF NO.02/SEHATI_YRS/IX/16

Sebuah uraian singkat dan rekomendasi mengenai STBM 5 Pilar bagi pengambil kep utusan di Kabupaten Biak Numfor Doc. Pelatihan Pembuatan...