SADAR KESEHATAN
FRANS ROMSUMBRE (Kepala Kampung Swapodibo)
|
Di tahun 80-an, kampung kami pernah
terserang wabah penyakit Muntaber, yang mengakibatkan banyak warga meninggal
dunia dan mendapat perawatan di rumah sakit. Saat itu hingga awal tahun
2000-an, sebagian besar masyarakat masih Buang air besar di Hutan dan laut. Kalau
kita melintasi jalan setapak, aroma tak sedap dan tumpukan kotoran manusia
sering kita temui. Kalaupun ada warga yang memiliki jamban, kondisi jamban
masih darurat, dinding ditutup dengan karung, dan tidak memiliki atap.
Selain
itu, kebutuhan air bersih masyarakat hanya mengandalkan Air hujan (untuk
dikonsumsi) dan Air Salobar (Mata air yg keluar di pantai) untuk menjawab
kebutuhan mandi dan cuci pakaian. Waktu itu, kami menilai bahwa Muntaber hanya
musibah musiman, tidak terpikir itu akibat dari pola hidup kami sendiri. Sebagai
kepala kampung, di periode pertama, tidak pernah sedikitpun terfikirkan bahwa
persoalan Sanitasi penting untuk diperhatikan, ketika mendengar informasi
tentang Sanitasi oleh Yayasan Rumsram, saya
baru sadar bahwa Masalah sanitasi merupakan persoalan yang sangat peka dalam
kehidupan kami. Sekalipun sejak tahun 2005 Program Respek telah membangun
beberapa unit jamban, namun dari sisi pemanfaatannya masih jauh dari harapan,
karna kami hanya pikirkan fisiknya.
Ketika muncul Program STBM (Sanitasi Total
berbasis masyarakat) mata kami pun terbuka, bahwa pola hidup kami harus berubah
agar kwalitas hidup kami lebih baik, dan saya menyebutnya dengan istilah “Sadar
Kesehatan”. Penyakit di kampung kami umumnya adalah sakit Malaria,
diare dan Muntaber. Saat ini intervensi Program STBM dilaksanakan dengan
melibatkan 7 relawan dari komponen, Gereja, Pemuda, Perempuan, dan sekolah,
yang menjadi pilar terdepan dalam hal penyampaian Informasi, pendampingan
bahkan Evaluasi Program.
Tugas saya selaku kepala kampung, adalah
menjawab kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan infrastruktur Sanitasi
dengan memanfaatkan dana kampung, seperti jamban yang di bangun sejumlah 22
unit, Kloset yang digunakan pun merupakan hasil produksi lokal, dimana pemuda
setelah mendapat pelatihan Pembuatan Kloset hasilnya kami beli, serta rehab
jamban sejumlah 28 unit. Selain itu pemasangan jaringan Air bersih, 15 Unit dan
9 Unit tahun depan dengan pertimbangan sulit melaksanakan STBM jika air sulit
didapatkan.
Walaupun kampung kami masih terhitung baru melaksanakan Program STBM, tapi saya yakin bahwa kami dapat melaksanakan Program ini dengan baik. Kami mencoba berubah dari hal kecil, salah satunya Cuci tangan pakai sabun.
Walaupun kampung kami masih terhitung baru melaksanakan Program STBM, tapi saya yakin bahwa kami dapat melaksanakan Program ini dengan baik. Kami mencoba berubah dari hal kecil, salah satunya Cuci tangan pakai sabun.
Sekarang
setiap rumah menyediakan wadah penampung air untuk cuci tangan, sabun dan lap
tangan, sehingga kami mulai terbiasa cuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah aktifitas atau bangun pagi. Kami melakukan sosialisasi di berbagai
kesempatan, baik melalui ibadah di rumah-rumah masyarakat, bahkan saya secara
Pribadi selalu menyampaikan STBM kepada masyarakat dalam pertemuan di kampung. Saya
sering membayangkan jika pola hidup kami masih belum baik, lalu bagaimana
dengan kampung yang jauh dari kota, belum lagi kekhawatiran akan musibah
Muntaber di masa lalu, yang kami tidak mau terjadi di hari depan? Oleh sebab
itu, STBM kami lakukan di dahului dengan meningkatkan pemahaman masyarakat dan
ditahun depan akan ada peningkatan anggaran untuk menjawab pembangunan
Fasilitas Sanitasi dari dana Desa, agar secara bertahap melalui Komitmen
Pemerintah kampung masyarakat termotivasi, terhadap sadar kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar